Dia adalah
Harun bin ‘Imran bin Qahats bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Harun
adalah saudara kandung Musa
AS. Allah mengutus Harun sebagai
rasul bersama Musa, untuk membantu dakwah Musa. Allah telah mengabulkan
permohonan Musa, ketika ia berdoa supaya Harun dijadikan pendamping dan rekan
seperjuang dalam menyampaikan dakwah: “Jadikanlah
untukku seorang pembantu dari keluargaku. Yaitu Harun, saudaraku. Teguhkanlah
dengannya kekuatanku. Jadikanlah dia kekuatanku. Jadikanlah dia sekutu dalam
urusanku agar kami banyak bertasbih kepada-Mu dan banyak mengingat-Mu. Sungguh
Engkau Maha Mengetahui (keadaan) kami.” (Qs. Thaha: 29-36) Maka Allah
memberikan Harun kepada Musa (sebagai rekan dalam berdakwah) dan mengaruniai
derajat kenabian kepada Harun sebagai rahmat dari-Nya, sebagaimana firman
Allah, “Kami telah menganugerahkan
kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.”
(Qs. Maryam: 53)
Harun
dilahirkan tiga tahun lebih dulu daripada Musa
AS. Beliau diutus menjadi rasul
bagi kaum bani Isra’il bersama saudaranya, Musa. Harun terkenal sangat fasih
lisannya dan kuat mentalnya. Karena itu, Allah mengutus dia bersama saudaranya,
agar ia menjadi pelindung dan pembantu dalam menyampaikan dakwah kepada
Fir’aun, sang diktator. Hal ini seperti yang diungkapkan al-Qur’an, “Saudaraku, Harun, dia lebih fasih lidahnya
dariku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan
(perkataan)ku; sungguh aku khawatir mereka akan berdusta.” (Qs. Al-Qashash:
34)
Setiap kali
dakwah Musa disebutkan, maka dakwah Harun juga disebutkan secara bersamaan.
Memang, mereka berdua diutus kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun. Keduanya adalah
rasul bagi kaum bani Isra’il. Akan tetapi, Musa lebih agung kedudukannya dan
lebih istimewa pangkatnya dibanding Harun. Musa termasuk salah satu pentolan
rasul ulul ‘azmi, meskipun Harun juga
seperti rasul-rasul yang lain. Al-Qur’an menjabarkan kehidupan Musa mulai sejak
kelahiran, tumbuh dewasa, pelariannya dari Mesir, masuk ke negeri Madyan, pernikahannya
dengan putri Syuaib, turunnya firman Allah di sisi bukit Thur, mengemban
risalah, beberapa mukjizat yang terjadi selama hidupnya, serta
kejadian-kejadian agung yang menimpa kaum bani Isra’il. Dalam setiap fase kisah
ini, terdapat Harun yang menemani saudaranya dalam berdakwah, dan tidak
berpisah darinya, baik dalam perjalanan maupun ketika bermukim.
Ketika Musa
pergi untuk “bertatapmuka” dengan Tuhan di bukit Thur, Musa berjanji pada
kaumnya akan memberikan mereka Taurat sebagai pedoman dan undang-undang bagi
mereka. Beliau mengangkat Harun sebagai wakilnya bagi bani Isra’il; mempertegas
tugas Harun untuk memperhatikan kemashlahatan kaumnya, menyelesaikan segala
permasalahan mereka, dan waspada dengan urusan mereka, karena khawatir ada
orang memfitnah agama mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Musa berkata kepada saudaranya, Harun,
‘Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan pebaikilah. Janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. (Qs. Al-A’raf: 143)
Musa meninggalkan kaum bani Isra’il selama
empat puluh hari, seperti keterangan al-Qur’an. Pada masa vacum terjadi ujian
dan cobaan yang besar atas bangsa bani Isra’il. Yaitu mereka menyembah anak sapi di saat Musa
pergi. Anak sapi tersebut dibuat oleh Samiri dari emas dan perhiasan, kemudian
dia menaburkan segenggam tanah di atasnya, yang diambil dari bekas telapak kuda
malaikat Jibril ketika turun bersama malaikat lainya untuk menengggelamkan
Fir’aun bersama kroninya. Anak sapi buatan itu menjadi bisa bersuara mirip
suara sapi betina. Samiri yang tersesat ini menyangka bahwa anak sapi buatan
itu adalah tuhan yang sedang dicari oleh Musa, namun beliau belum mengetahui
tempatnya.
Harun telah
memperingatkan bani Isra’il atas fitnah as-Samiriy tersebut, namun mereka tidak
memperhatikan peringatannya. Sebaliknya mereka malah menyembah anak sapi.
Ketika Musa kembali, beliau mendapati kaumnya berada dalam fitnah yang besar
ini. Musa sangat marah pada kaum dan saudaranya, Harun, lantas beliau menjambak
janggut dan rambut kepala Harun. Harun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
sikapnya terhadap bani Isra’il, dan kedurhakaan mereka terhadap perintahnya.
Perhatikanlah ayat berikut:
“Tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya
dengan marah dan sedih hati, dia berkata, ‘Alangkah buruknya perbuatan yang
kamu kerjakan sesudah kepergianku; apakah kamu hendak mendahulukan janji
Tuhanmu?” Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut)
kepala saudaranya, Harun, sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata, ‘Hai
anak ibuku, sesungguhnya kamu ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir
mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira
melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang
zalim.” (Qs. Al-A’raf: 150)
Harun hidup
selama 122 tahun. Beliau berpulang ke sisi Allah sebelas bulan sebelum
kewafatan saudaranya, Musa. Beliau wafat di tanah Tiih, sebelum bani Isra’il
berhasil masuk ke tanah Palestina. Semoga Allah merahmati dan memasukkan
Harun ke dalam surga yang sangar luas.
Ayat-ayat
tentang Nabi harun as:
QS
yunus 75, Maryam 53, Al A’raaf 143 dan 150.