Minggu, 15 Juli 2018

Nabi Harun AS sang Partner Dakwah Nabi Musa AS


Dia adalah Harun bin ‘Imran bin Qahats bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Harun adalah saudara kandung Musa AS. Allah mengutus Harun sebagai rasul bersama Musa, untuk membantu dakwah Musa. Allah telah mengabulkan permohonan Musa, ketika ia berdoa supaya Harun dijadikan pendamping dan rekan seperjuang dalam menyampaikan dakwah: “Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. Yaitu Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengannya kekuatanku. Jadikanlah dia kekuatanku. Jadikanlah dia sekutu dalam urusanku agar kami banyak bertasbih kepada-Mu dan banyak mengingat-Mu. Sungguh Engkau Maha Mengetahui (keadaan) kami.” (Qs. Thaha: 29-36) Maka Allah memberikan Harun kepada Musa (sebagai rekan dalam berdakwah) dan mengaruniai derajat kenabian kepada Harun sebagai rahmat dari-Nya, sebagaimana firman Allah, “Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.” (Qs. Maryam: 53)
Harun dilahirkan tiga tahun lebih dulu daripada Musa AS. Beliau diutus menjadi rasul bagi kaum bani Isra’il bersama saudaranya, Musa. Harun terkenal sangat fasih lisannya dan kuat mentalnya. Karena itu, Allah mengutus dia bersama saudaranya, agar ia menjadi pelindung dan pembantu dalam menyampaikan dakwah kepada Fir’aun, sang diktator. Hal ini seperti yang diungkapkan al-Qur’an, “Saudaraku, Harun, dia lebih fasih lidahnya dariku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh aku khawatir mereka akan berdusta.” (Qs. Al-Qashash: 34)
Setiap kali dakwah Musa disebutkan, maka dakwah Harun juga disebutkan secara bersamaan. Memang, mereka berdua diutus kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun. Keduanya adalah rasul bagi kaum bani Isra’il. Akan tetapi, Musa lebih agung kedudukannya dan lebih istimewa pangkatnya dibanding Harun. Musa termasuk salah satu pentolan rasul ulul ‘azmi, meskipun Harun juga seperti rasul-rasul yang lain. Al-Qur’an menjabarkan kehidupan Musa mulai sejak kelahiran, tumbuh dewasa, pelariannya dari Mesir, masuk ke negeri Madyan, pernikahannya dengan putri Syuaib, turunnya firman Allah di sisi bukit Thur, mengemban risalah, beberapa mukjizat yang terjadi selama hidupnya, serta kejadian-kejadian agung yang menimpa kaum bani Isra’il. Dalam setiap fase kisah ini, terdapat Harun yang menemani saudaranya dalam berdakwah, dan tidak berpisah darinya, baik dalam perjalanan maupun ketika bermukim.
Ketika Musa pergi untuk “bertatapmuka” dengan Tuhan di bukit Thur, Musa berjanji pada kaumnya akan memberikan mereka Taurat sebagai pedoman dan undang-undang bagi mereka. Beliau mengangkat Harun sebagai wakilnya bagi bani Isra’il; mempertegas tugas Harun untuk memperhatikan kemashlahatan kaumnya, menyelesaikan segala permasalahan mereka, dan waspada dengan urusan mereka, karena khawatir ada orang memfitnah agama mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah: “Musa berkata kepada saudaranya, Harun, ‘Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan pebaikilah. Janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. (Qs. Al-A’raf: 143)
 Musa meninggalkan kaum bani Isra’il selama empat puluh hari, seperti keterangan al-Qur’an. Pada masa vacum terjadi ujian dan cobaan yang besar atas bangsa bani Isra’il. Yaitu  mereka menyembah anak sapi di saat Musa pergi. Anak sapi tersebut dibuat oleh Samiri dari emas dan perhiasan, kemudian dia menaburkan segenggam tanah di atasnya, yang diambil dari bekas telapak kuda malaikat Jibril ketika turun bersama malaikat lainya untuk menengggelamkan Fir’aun bersama kroninya. Anak sapi buatan itu menjadi bisa bersuara mirip suara sapi betina. Samiri yang tersesat ini menyangka bahwa anak sapi buatan itu adalah tuhan yang sedang dicari oleh Musa, namun beliau belum mengetahui tempatnya.
Harun telah memperingatkan bani Isra’il atas fitnah as-Samiriy tersebut, namun mereka tidak memperhatikan peringatannya. Sebaliknya mereka malah menyembah anak sapi. Ketika Musa kembali, beliau mendapati kaumnya berada dalam fitnah yang besar ini. Musa sangat marah pada kaum dan saudaranya, Harun, lantas beliau menjambak janggut dan rambut kepala Harun. Harun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, sikapnya terhadap bani Isra’il, dan kedurhakaan mereka terhadap perintahnya. Perhatikanlah ayat berikut:
Tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati, dia berkata, ‘Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku; apakah kamu hendak mendahulukan janji Tuhanmu?” Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya, Harun, sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata, ‘Hai anak ibuku, sesungguhnya kamu ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-A’raf: 150)
Harun hidup selama 122 tahun. Beliau berpulang ke sisi Allah sebelas bulan sebelum kewafatan saudaranya, Musa. Beliau wafat di tanah Tiih, sebelum bani Isra’il berhasil masuk ke tanah Palestina. Semoga Allah merahmati dan memasukkan Harun  ke dalam surga yang sangar luas.

Ayat-ayat tentang Nabi harun as:
QS yunus 75, Maryam 53, Al A’raaf 143 dan 150.