Nabi Yusuf as adalah putra Nabi
Ya'qub as dengan Rachel. Sejak kecil ia paling taat pada orang tuanya dan
paling ganteng pula. Ibunya sudah meninggal ketika ia dan Benyamin, adiknya,
masih sangat kecil. Itu sebabnya saudara-saudaranya jadi iri sama beliau.
Suatu malam Yusuf bermimpi tentang
sebelas bulan dan matahari yang bersujud padanya. Mimpi itu ia ceritakan pada
ayahnya. Ayahnya yang tahu maksud mimpi itu jadi khawatir, maka ia minta agar
Yusuf nggak membocorkan mimpinya ke saudara-saudaranya.
Akan halnya, saudara-saudara Yusuf
makin besar rasa bencinya. Mereka sibuk berunding, mau diapain si Yusuf ini?
Ada yang usul, dibunuh aja. Ada juga yang bilang, buang aja ke tempat yang
jauh. Tiba-tiba Yehuda, salah satu sauara Yusuf usul, "Kita cemplungin ke
sumur aja. Nanti kalau ada orang lewat kan pasti diambil juga".
Yang lain setuju dengan usul itu.
Makanya mereka segera membujuk ayah mereka untuk membiarkan mereka jalan-jalan
sama Yusuf. Mulanya ayah mereka nggak kasih. Dia khawatir Yusuf diapa-apain
sama anak-anaknya yang bangor-bangor itu. Tapi karena didesak terus, akhirnya
dilepaskan juga Yusuf untuk diajak pergi bermain dengan saudara-saudaranya.
Benyamin, saudara Yusuf seibu, nggak diajak. Soalnya umurnya masih terlalu
kecil, lagian dia kan sekandung dengan Yusuf. Bisa rese nanti!
Setibanya di tempat yang dituju,
mereka main kucing-kucingan sambil buka baju. Lalu Yusuf mereka masukkan ke
timba, dan... plung! Dia diceburkan ke dalam sumur. Bocah-bocah bangor itu
berlarian pulang, setelah melumuri baju Yusuf dengan darah binatang.
Di rumah, mereka menangis dan bilang
kalau Yusuf dimakan serigala. Sudah tentu ayahnya jadi sangat sedih.
Sementara itu di sumur tempat Yusuf
diceburkan, lewatlah orang-orang Madyan yang mencari air. Pas mau menimba air,
mereka merasa... kok timbanya berat banget sih? Saat mengangkat timba, mereka
kaget sekali melihat ada bocah kecil yang lucu dan ganteng di situ. Hii...
gemes kali ya?
Bocah Yusuf mereka bawa ke Madyan
dan diserahkan ke seorang pejabat bernama Qiftir Al Aziz untuk dijadikan budak.
Karena baik dan rajin, Qiftir dan istrinya, Zulaikha, sayang padanya dan
menganggapnya anak sendiri.
Semakin dewasa, Yusuf makin
kelihatan gantengnya. Zulaikha jadi jatuh hati padanya. Diam-diam Yusuf juga
mulai tertarik pada istri pejabat yang masih muda dan cantik itu.
Saat Qiftir tidak ada di rumah,
Zulaikha merayunya untuk berbuat tidak senonoh. Untunglah Yusuf sangat kuat
iman. Ia berlari ke laur. Tepat saat itu Qiftir masuk dan mendapati kejadian
itu.
Karena takut sama suaminya, Zulaikha
membuat fitnah seolah-olah Yusuf yang kurang ajar padanya. Terjadi debat antara
mereka. Dengan izin Allah, bayi Zulaikha yang belum bisa bicara, tiba-tiba
ngomong memberikan kesaksian. Terbukti deh, Yusuf yang benar.
Setelah itu, peristiwa itu menyebar
kemana-mana, entah siapa yang ember. Yang jelas bukan Yusuf. Zulaikha juga tahu
kalau dia digosipin. Untuk membersihkan namanya, ia mengundang para istri
pejabat ke rumahnya.
Di situ mereka disuguhi buah semacam
mangga dan pisaunya sekalian. Lalu ia memanggil Yusuf. Hmm... begitu melihat
ada pemuda ganteng keluar, spontan para ibu itu bengong asli! Sampai-sampai
pada nggak kerasa sudah memotong tangannya!
Sejak saat itu gosip tentang
Zulaikha berhenti. Namun Qiftir tetap khawatir. Dia tahu istrinya bersalah,
namun dia tetap ingin menjaga nama baiknya. Maka jalan satu-satunya adalah
memenjarakan Yusuf. Alhamdulillah, kebetulan Yusuf lebih suka dipenjara.
Di penjara, Yusuf berkenalan dengan
dua pemuda. Mereka menceritakan mimpinya kepada Yusuf. Dengan ilmunya, Yusuf
mentakwil/membaca arti mimpi tersebut, dan... tepat. Kalah deh mama Laurent
juga!
Setelah beberapa tahun Yusuf menghabiskan waktunya di
penjara, datanglah jalan keluar dari Allah. Konon, raja bermimpi yang sangat
aneh dan langka. Ia bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang bagus dan
gemuk keluar dari sungai, lantas menggembala di pandang rumput hijau. Kemudian
dia melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus, kerempeng, dan tidak indah
dipandang keluar dari sungai dan memakan sapi-sapi yang gemuk. Demikian juga,
ia melihat tujuh bulir biji-bijian yang hijau dan bagus lalu berganti dengan
tujuh bulir (gandum) kering, lalu memakannya. Raja terbangun dari tidurnya
karena kaget dengan mimpinya. Kamudian meminta para ahli sihir dan ulama untuk
menafsirkan mimpi itu. Namun, sang raja tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Pada saat itu, penyaji minuman teringat kemampuan Yusuf
dalam menafsirkan mimpi. Ia memohon pada raja agar memperkenankan dirinya pergi
ke penjara untuk mencari informasi yang meyakinkan. Si penyaji menuman pergi
menemui Yusuf dan menceritakan mimpi raja tersebut. Kemudian Yusuf menjelaskan
tafsir mimpi sang raja dengan sangat mendalam.
Yusuf berkata, “Negeri ini akan mengalami masa swasembada
pangan selama tujuh tahun. Selama itu tanam-tanaman tumbuh dengan subur.
Setelah itu tujuh tahun kemudian akan terjadi paceklik hebat. Engkau akan makan
daun-daunan hijau dan kering. Penduduk negeri ini harus mempersiapkan perbekalan
selama tahun-tahun yang subur untuk menghadapi tahun-tahun paceklik dan
kekeringan.” Sang raja takjub dan terheran-heran dengan penjelasan Yusuf,
sampai-sampai ia memerintahkan untuk membebaskan Yusuf dari penjara kemudian
menjadikan beliau penasihat ahli sekaligus mengangkatnya sebagai salah seorang
mentrinya. Penghormatan sang raja ini menetapkan ketidakbersalahan Yusuf,
hingga nama baik beliau terlepas dari tuduhan rendah tersebut. Orang-orang
menyaksikan kebersihan beliau. Itulah puncak keluhuran jiwa dan keramat
kenabian. Seyogyanya kita memperhatikan ayat-ayat berikut:
“Raja berkata,
‘Bawalah dia kepadaku.’ Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, beliau
berkata, ‘Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya
wanita-wantia yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Mengetahui tipu daya mereka. Raja berkata (kepada wanita-wanita itu),
‘Bagaimana keadaanmu? Ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?’
Mereka berkata, ‘Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui suatu keburukan
darinya. Istri al-‘Aziz berkata, ‘Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang
menggodanya untuk menundukkan diriya (kepadaku), sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang benar.” (Qs. Yusuf: 50-51)
Arti mimpi raja itu tentang bencana
kelaparan yang akan terjadi di Mesir. Yusuf melengkapinya dengan solusi yang
akan menyelamatkan Mesir dari bencana. Dan subhanallah... benarlah semuanya.
Negara-negara sekitar Mesir,
termasuk Kana'an (tempat saudara-saudara Yusuf tinggal) juga minta bantuan.
Atas jasanya, Yusuf diangkat menjadi menteri ekonomi.
Saudara-saudara Yusuf datang meminta
bantuan. Hati beliau yang lurus dan bersih telah memaafkan mereka. Akhirnya
Nabi Ya'qub as sekeluarga tinggal di Mesir.
Para
ahli sejarah berkata, “Ketika Yusuf bertemu kembali dengan ayahnya setelah
perpisahan, usia Ya’qub saat itu adalah 130 tahun. Tujuh belas tahun kemudian
Ya’qub meninggal dunia. Sedangkan Yusuf hidup selama 110 tahun. Beliau
meninggal di Mesir, saat itu Yusuf sedang memerintah- dan dimakamkan di sana. Yusuf telah
berwasiat kepada saudara-saudara untuk membawa jenazahnya ketika mereka keluar
dari Mesir agar dimakamkan di sisi makam ayahnya.
Pada masa Musa
AS, jenazah Yusuf dipindahkan ke
Syam dan dimakamkan di Neplus, ini menurut pendapat yang lebih kuat. Kewafatan
Yusuf itu setelah kelahiran kakek buyutnya, Ibrahim AS, kira-kira selang 361
tahun dan sebelum kelahiran Musa AS kurang 64 tahun, menurut pendapat yang
paling shahih.[1]
Di saat mendekati ajal Yusuf memohon kepada Allah, agar
Dia mematikannya dalam keimanan dan supaya Allah menemukan dia dengan
hamba-hamba-Nya yang saleh. Yusuf berdoa: “Ya
Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. Ya Allah, Pencipta langit
dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (Qs.
Yusuf: 101)
Allah mengabulkan doa Yusuf, maka Dia memindahkan beliau
ke ar-Rafiq al-‘Ala. Semoga Allah menganugerahkan belas
kasih-Nya yang luas dan memberikan kita kematian dalam keadaan iman.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Pengabul segala doa.
Ayat-ayat
tentang Nabi Yusuf as:
QS
Yuf 4-5, 8-18, 22-24, 26-28, 31, 41-42, 45-49, 54-57, 83, 88-93, 99-101.
[1]
Lihat Tarikh At-Thabari, Jilid I,
hlm. 330-364; Ibnu al-Atsir, Al-Kamil fii
At-Tarikh, Jilid I, hlm. 78-88; dan Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Jiliid I, hlm. 185-206.